Senin, 23 Maret 2015

Benih Yang Jatuh Di Hatimu

Lukas 8:4-15

·         Beberapa waktu yang lalu saya menerima broadcast massage yang berisi peringatan tentang bahaya menikmati sejenis apel. Saya rasa banyak diantara kita yang juga mendapat/mendengar berita itu. Atau berita sejenis, misalnya... bahwa minuman A berbahaya, makanan B mengandung zat yang beracun, produk ini menimbulkan kanker dll. Nah kalau kita mengamati ternyata ada beberapa macam respon terhadap berita berita semacam itu.

o   Ada yang langsung menolak, tidak percaya, tidak mau membroadcast lagi, dan lagsung menghapus pesan itu. Di delete. Lalu lupa tidak perduli lagi.

o   Yg kedua ada yang penasaran dan segera mencari tahu lebih lanjut, ada yang mencari info tambahan dari internet, dari teman, bahkan dari pihak yang dianggap tahu, dokter, dinas pengawasan obat dan makanan, dll

o   Yang ketiga ada yang langsung takut, kuatir, sehingga bener atau tidak kabar yang diterima, pokoknya berhenti stop, tidak mengkomsumsi lagi.

Respon pendengar, penerima berita ternyata bermacam macam

·         Nah begitu juga dengan cara kita jemaat, umat, menanggapi berita Firman Tuhan. Rupanya juga beragam respon. 50 jemaat mendengar, 200 jemaat yang mendengar pemberitaan Firman Tuhan, 1000 orang yang mendengar Firman Tuhan, responya tidak sama. Bermacam macam. Tuhan Yesus mengetahui hal ini. Ada banyak respon umat yang mendengar. Dan ini digambarkan dengan baik oleh penulis Injil Lukas melalui perumpamaan seorang penabur. Yang ditabur adalah benih Firman Tuhan. Bahwa kemanapun Tuhan Yesus “menabur benih”, memberitakan Firman Tuhan, di depan kelompok kecil pendengar ataupun khalayak ramai, selalu ada beragam respon pendengar. Ada yang kagum, senang, merasa damai mendengarnya, tetapi ada juga yang benci dan marah. Ada yang meresapi tetapi ada juga yang langsung lupa. Menurut Lukas ada 4 macam respon pendengar Firman:

o   Kelompok 1 : benih yang jatuh di pinggir jalan. Bukan kebetulan digambarkan sebagai pinggir jalan. Bhs yun : pinggir, hampir, dekat, bukan di tengah, tetapi pinggir. Jadi ibaratnya benih jatuhnya tidak pas diladang, tapi di pinggirannya, tidak di tengah ladang yang subur, tapi di pinggirannya. Dengan kata lain benih Firman itu TIDAK JATUH PAS di hatinya, tetapi di luar, di pinggir, sehingga dikatakan mudah lupa, mudah hilang, mudah diambil iblis. Bhs yun : digeser/dipindahkan iblis. Lha Firman itu tidak jatuh di hati, tidak masuk di hati, maka mudah dipindahkan oleh iblis. Masuk telinga kiri keluar kanan. Firman diterima setengah hati, didengar tapi tidak didengarkan, tidak disimak dengan sungguh hati. Mudah lupa. Kalau ditanya minggu lalu kotbah apa? Lupa.... kok minggu lalu baru aja 2 hari sudah lupa....hilang....

o   Kelompok 2: jatuh di tanah berbatu: dikatakan jatuhnya pas di ladang diterima dengan senang, tetapi sayang ladangnya berbatu. Ladang ada tetapi seadanya, belum disiangi, belum dibuang batu batunya. Oleh sebab itu benih Firman tidak berakar. Masuk, tertanam, dimengerti, diresapi, sampai merem merem tetapi juga mudah hilang, mudah dilupakan, sebab tidak berakar, sebab batu menghambat pertumbuhan akar. Paham tapi tidak kuat tertanam, mudah digoyahkan oleh berbagai pencobaan. Ada masalah goyah, ada godaan hanyut, ada hambatan mundur, ada tekanan jatuh.... berkobar kobar waktu KKR tapi pulang itu tumbang imannya. Setelah perjamuan kudus kelihatan penuh damai tapi sebentar saja belum dua hari sudah berantakan hidupnya....

o   Kelompok 3 : benih jatuh di semak duri. Hampir sama dengan kelompok 2 tetapi semak durinya/ hambatannya lebih spesifik yaitu : kekuatiran, kekayaan, kenikmatan hidup. 3 hal yang menghambar benih Firman bertumbuh. Berakar mungkin ya. Sebab Firman diterima dengan gembira, diresapi, dipahami, tetapi Cuma sampai di situ, sebab ketika akan tumbuh segera mati sebab kalah, terhimpir semak duri. Banyangkan ke 3 hal itu, kekuatiran, kekayaan kenikmatan hidup itu seperti rumput teki, jenis rumput yang kuat akarnya bahkan bisa menembus aspal, merusak beton.... maka benih Firman yang baru bertunas itu kalah. Firman menjadi lumpuh jika berhadapn dengan berbagai kekuatiran: kesehatan, keuangan, karier, keluarga, takut ini itu... yun perasaan kuatir: belum tentu nyata, perasaan saja... sudah takut. Kuatir tanda kurang iman (kisah petrus jalan di atas air, yesus meredakan angin ribut: kuatir=tidak percaya=tidak beriman). Firman juga lumpuh kalau berhadapan degan uang, kekayaan, kekuasaan, jabatan....kalah. Firman juga lumpuh jika berhadapan dengan kesenangan dunia, berbagai nafsu kedagingan baik yang kita anggap hobi, selingan sampai yang menjadi obsesi: nafsu keserakahan, nafsu amarah, nafsu belanja, percabulan, pesta pora, kemabukkan, perjudian dll Firman kalah, lumpuh....oleh semak duri.

o   Kelompok ke 4 adalah kelompok ideal: jatuh di tanah yang baik. Benih Firman jatuh di tanah hati yang memang sudah disiapkan untuk mendengar, meresapi/memahami dengan sungguh hati, tanpa batu, tanpa semak duri, sehingga benih itu bisa dirawat dan dihidupi. Siap artinya mendengar dengan hati, mengejar Firman sebagai prioritas hidup, menjadikannya sebagai pedoman utama, terutama ketika berhadapan dengan berbagai masalah hidup Firman dijadikan terang/ petunjuk, pedoman, pertimbangan. Bukan Cuma dicatat tetapi dihidupi. Sehingga berbuah lebat. Ada hasilnya dalam perilaku tindakkan sehari hari. Imannya nampak dalam perbuatannya. Ini yang ideal.

·      Teks ini sederhana saja, mengajak kita memeriksa di kelompok mana kita berada. Mungkin dengan malu kita mengakui masih di kelompok 1. Tetapi mayoritas berada di kelompok 2 dan 3. Tumbuh sih...tapi terhambat. Berbuah sih tetapi dikit. Belum stabil.... masih belajar... tetapi sampai kapan? Itu maksud Tuhan Yesus. Jangan kelemahan kita dijadikan alasan untuk bertahan di kelompok 2 dan 3. Habis di kelompok itu enak, masih bisa sana-sini: suci sih tetapi sekali kali masih bisa khilaf... khilaf itu sekali dua, kalau berkali kali khilafitu bukan khilaf tetapi nekat...

·      Jadi kita harus naik kelas. Harus ada tekad yang kuat untuk membuang batu batu dalam hati kita. Harus ada upaya dengan berbagai cara untuk membuang menyiangi semak duri. Rajin dan tekun belajar Firman, selalu mencari persekutuan suapay bisa baca dan simak Firman Tuhan. Aktif mencari Firman dalam saat pribadi maupun dalam komunitas. Sediakan hati yang siap untuk paham, dan gumuli dalam persoalan hidup sehari hari. Pakai Firman Tuhan jangan Cuma diingat tapi terapkan. Ini yang disebut murid. Pemuridan Kristus berasal dari sini. Jangan buru buru menyebut diri murid jika tidak seperti kelompok 4 ini.  Tidak ada kelas matrikulasi dalam hal iman, kelas persiapan kok terus terusan, bertahun tahun... kapan jadi murid beneran....?

·     So jangan terlalu lama di kelompok 2 dan 3...ingat waktu kita terbatas. Waktu saya dan waktu kita terbatas.... sudah tahun ajaran baru mari naik kelas...jangan tinggal kelas.... apalagi turun kelas malu... masak kita sekelas dengan anak anak kita....? Amin. (Pdt. Michael Salim, M.Th.)