Kamis, 05 Februari 2015

Gereja tertua

SIAPA tidak kenal Gereja Immanuel. Bangunan yang diresmikan pada 24 Agustus 1839, bertepatan dengan ulang tahun Raja Kerajaan Belanda Willem I tersebut, menjadi tempat ibadah tertua ketiga di DKI Jakarta.
Kendati umurnya lebih dari seabad, konstruksi bangunan tetap terlihat bagus. Memasuki pintu samping area gereja, tampak tiga bangunan rumah yang salah satunya difungsikan sebagai rumah pendeta. Di sisi kanan dari pintu masuk samping, langsung terlihat bangunan megah yang sekilas tampak seperti kuil dewa-dewa Yunani kuno. Gereja berumur sekitar 200-an tahun tersebut mayoritas berwarna putih.
Ditukangi oleh seorang Belanda bernama J.H. Horst, bangunan cagar budaya itu didirikan di atas tanah seluas 90 x 102 m2 dan luas bangunan 38 x 29 m2. Peletakan batu pertama juga bertepatan dengan ulang tahun raja Belanda tersebut, atau lima tahun sebelum diresmikan.
Jika dilihat dari atas, bangunan Gereja Immanuel berbentuk hampir bundar di sisi barat, utara, dan selatan. Sementara di sisi timur berbentuk kotak, seperti bangunan pada umumnya yang difungsikan sebagai ruang konsistori atau ruang pertemuan pendeta dan Majelis Gereja.
Sebagian besar perabotan dan dekorasi menghiasi interior. Ada dua lukisan dan papan daftar nama Majelis Gereja dan pendeta asal Portugal, Belanda, dan Malaysia yang pernah menginjakkan kaki di tanah Jawa sejak 1619 hingga 1951, serta ornamen asli yang masih melekat di sudut bangunan. Tampak juga salah satu alat musik khas gereja yang sudah ada sejak gedung kolonial itu dibangun. Instrumen kuno itu disebut Orgel atau pipa orgel, karya J. Datz pada 1843. Alat musik itu adalah semacam piano yang menggunakan mesin pompa untuk menghasilkan tekanan angin dan menimbulkan suara melalui pipa yang terpasang di sisi depan orgel.